Tari Saman Aceh atau berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Keunikan tarian Aceh adalah meningkatkan nya gesit, fleksibel, dan ringan. Tarian Aceh umumnya disertai dengan musik yang sumber bisa dari alat musik (rebana) atau anggota tubuh penari, seperti bagian jari, tangan, tepukan atau tepukan dada. Tari Saman atau Seudati adalah contoh tarian khas Aceh yang sudah sangat populer di dunia bahkan Nusantara.
Awalnya tarian ini adalah tarian rakyat biasa dikenal sebagai POK ANE dan berasal dari tempat yang tinggi pedalaman Gayo. Tarian ini diciptakan oleh Sheik Saman, seorang ulama di Aceh. Melihat antusiasme masyarakat Aceh terhadap seni begitu besar, sehingga Syekh menyisipi puisi puisi yang berisi pujian kepada Allah pada setiap gerakan penari. Sejalan dengan kondisi di Aceh pada saat dalam keadaan perang, maka disisipi lagi ayat-ayat menambah semangat juang rakyat Aceh dan sampai saat ini terus berkembang sesuai kebutuhan. Pada awalnya tarian ini tidak setenar sekarang, hingga saat Aceh Pekan Budaya (PKA) II dan pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang gemuruh tarian ini mulai gemetar dan pengadukan bukan hanya kepulauan bahkan ke luar negeri .
Saman tari yang dimainkan oleh laki-laki dengan jumlah ganjil (11-21) orang, namun seiring dengan perkembangannya, tarian ini mulai dimainkan oleh perempuan, bahkan campuran keduanya (laki-laki dan perempuan duduk khusus). Tarian ini menuntut kekompakan dan kerjasama antara Sheik dan penari.
Posisi dan fungsi penari.
Tari saman dimainkan di posisi duduk di jenis Arts ratoh duk (tari duduk), yang terkait erat dengan masuk dalam kelahiran dan perkembangan agama islam. Posisi penari duduk berlutut, berat badan tertekan untuk kedua telapak kaki. Saman pola ruang tari tergantung pada tingkat atau tinggi posisi tubuh. Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi di atas lutut (Gayo - berlembuku) yang merupakan tingkat tertinggi, sementara tingkat terendah adalah ketika membungkukan badan penari kedepan untuk 45o (tungkuk) atau miring ke belakang sampai dengan 60o ( Langat). Kadang-kadang saat melakukan gerakan-gerakan ini disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri yang disebut singkeh. Ada juga latihan di posisi duduk lapangan ke kanan-depan atau belakang-kiri (Lingang).